jaman Soekarno era revolusi yang memerintah Indonesi antara tahun 1945 hingga1967, terjadi satu fenomena yang serius mengenai musik Indonesia. apa itu? bapak proklamasi Indonesia ini sempat melarang musik asing masuk ke Indonesia. beliau menganggap musik asing itu musik ngak ngik ngok, yang merepresentasikan musik asing yang identik dengan suara biola/violin. apa yang salah dengan musik asing? tidak ada yang salah. pada tahun-tahun tersebut banyak sekali musik asing masuk ke Indonesia melalui film yang diisi dengan soundtrack musik asing dan siaran radio luar negeri.saat itu sekitar tahun 50an sedang populer musik rock n roll ala elvis presley yang banyak digandrungi anak-anak muda yang bergairah dalam berekspresi, termasuk juga anak muda Indonesia.melihat fenomena tersebut Soekarno mengambil keputusan dan kebijakan tentang musik Indonesia dan musik asing. pada perayaan hari kemerdekaan Indonesia tahun 1956, Soekarno mengeluarkan manisfesto yang dikenal dengan manipol USDEK (undang-undang dasar 1945 Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). yang berisi tentang Dia (Sukarno) menyerukan dibangkitkannya kembali semangat revolusi, keadilan sosial, serta perlengkapan kembali lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi negara demi revolusi yang berkesimbungan,” ujar sejarawan Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern. bila ingi tahu lebih lengkap tantang maipol USDEK bisa baca dibuku “Pendjelasan: manipol dan usdek” disusun oleh, Tiardjono B.D. — Surabaja: Garuda, [1961]. yang menurut saya manipol tersebut berisi tentang kewajiban, kecintaan, nasionalisme warga negara Indonesia yang hampir sama dengan pelajaran P4 ala era Soeharto. dalam fenomena musik ini, Soekarno beranggapan bahwa musik asing mampu mempengaruhi musik Indonesia dan bahkan meracuni budaya Indonesia. oleh sebab itu diputuskanlah kebijakan tersebut. apakah sedemikian bencinya Soekarno terhadap musik asing hingga mengeluarkan manipol USDEK? menurut saya tidak, karena beliau juga sempat bertemu elvis presley saat kunjungan ke Amerika. beliau hanya mencoba melindungi budaya Indonesia dari budaya asing, hingga melarang RRI untuk menyiarkan segala bentuk musik asing. karena negara Indonesia baru saja lahir dan terbentuk, sehingga beliau ingin mengajak rakyatnya untuk mencintai budaya Indonesia terlebih dahulu.dari peraturan tersebut justru membuat para seniman kreatif dan mencoba menggali budaya Indonesia lebih dalam lagi. lalu muncullah oslan husein yang membawakan lagu bengawan solo dari Gesang dengan iringan Teruna Ria yang dipimpin oleh Zaenal Arifin yang dibawakan dengan gaya bernyanyi Elvis Presley.
Inilah kelompok musik The Lensoist dari kiri Idris Sardi,Jack Lesmana,Munif Bahasuan,Loddy Item dan Maskan
apakah Soekarno hanya membuat kebijakan semata? Soekarno mengundang tiga seniman dan musisi Indonesia untuk menggali lebih dalam budaya Indonesia. tiga musisi tersebut adalah Jack Lemmers (Jack Lesmana), Idris Sardi dan Bing Slamet. mereka mencoba menggali budaya Lenso yang merupakan budaya atau tarian pergaulan tradisional yang berasal dari Ambon maluku, untuk menggantikan budaya dansa di ballroom atau klap. Lenso adalah saputangan dalam bahasa Maluku.Dalam melakukan gerakan tari dengan iringan ritme musik bertempo medium, setiap orang memegag saputangan dalam genggaman. dari ide dan gagasan tersebut lahirlah album yang bertajuk “mari bersuka ria dengan irama lenso” pada label irama yang diliris tanggal 14 April 1965.Lagu-lagu yang terdapat di album ini memang sangat bernuansa Indonesia,mulai dari 3 lagu rakyat seperti Soleram,Burung Kakatua danGelang SipakuGelang, juga ada Bengawan Solo karya Gesang,Euis karya Trihanto,Malam Bainai karya Karim Nun danGendjer Gendjer karya Muhammad Arif. Lagu yang terakhir disebut ini kemudian menjadi kontroversi politik saat berlangsungnya Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis.
Gendjer Gendjer yang ditulis oleh seorang seniman LEKRA ini diasosiasi kan sebagai salah satu piranti PKI. Pemerintah Orde Baru dibawah rezim Soeharto melarang lagu Gendjer Gendjer yang dinyanyikan dengan menawan oleh Bing Slamet.Lagu yang bercerita tentang sayur sayuran ini bahkan dianggap sebagai bagian dari ajaran komunisme.
Bung Karno lalu membawa sejumlah seniman musik dalam lawatannya ke Eropa dan Amerika Serikat antara tahun 1964-1965.Sederet pemusik ternama akhirnya disatukan dalam proyek yang diberinama The Lensoist.Mereka terdiri atas para penyanyi mulai dari Bing Slamet,Titiek Puspa,Nien Lesmana hingga Munif A Bahasuan serta sederet pemusik seperti Idris Sardi (biola) ,Jack Lesmana (gitar),Bubi Chen (piano) ,Darmono (vibraphone) ,Loddy Item (gitar),Maskan (bass) dan Benny Mustafa (drums).Dalam liner note album Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso, pemusik Sjaiful Nawas menuliskan : “Pemimpin besar Revolusi kita selalu mengandjurkan , agar kita berani berdiri di atas kaki sendiri ,tentu andjuran beliau itu mentjakup bidang musik kita pula.Tadi kita menjebut tentang beat mengiringi Tari Lenso Gaja Baru ,apakah beat itu sudah diketemukan ? . Kita telah menemukannja dan hasilnja sangatmemuaskan.Beat itu telah dapat didengar dengan njata melalui rekaman terbaru Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana bersama penjanji2 tenar seperti : Titiek Puspa,Nien,Rita Zaharah dan Bing Slamet “ https://dennysakrie63.wordpress.com/2013/11/25/ngak-ngik-bgok-versus-irama-lenso/lalu bagaimana dengan musik Indonesia sekarang? apakah perlu diberlakukan kembali manipol USDEK agar musik Indonesia kembali melirik dan mendalami budaya Indonesia? karena sebagai seniman, musisi dan guru, saya cukup prihatin dengan musik Indonesia saat ini. seberapa banyak masyarakat Indonesia saat ini yang mengerti budaya Indonesia, yang mengerti musik Indonesia, dibandingkan dengan musisi Indonesia yang terus berkiblat pada musik asing tanpa memberikan sentuhan budaya Indonesia. seberapa banyak siswa yang tahu alat musik tradisional, lagu-lagu daerah dibandingkan dengan peralatan DJ dan budaya K POP.rindu masa dimana violin, gitar dan cello dikonstruksi dan dikomposisi menjadi musik baru bernama keroncong. mungkinkah kecintaan pada budaya Indonesia digalakkan kembali, dan mungkinkah musik Indonesia menciptakan musik baru dengan peradaban saat ini? apakah musik kontemporer bisa dibilang musik baru yang mewakili hal tersebut?