Skip to content

Pantomim

Modul 1 b Seni Teater kelas XI

Tahukah kalian apa yang dimaksud teater fisik? Teater fisik adalah genre pertunjukan teater yang mencakup penceritaan terutama melalui gerakan fisik. Meskipun beberapa disiplin teater pertunjukan sering digambarkan sebagai “teater fisik”, aspek karakteristik genre ini adalah ketergantungan pada gerakan fisik para pemain untuk menyampaikan penceritaan. Pemain dapat berkomunikasi melalui berbagai gerakan tubuh (termasuk menggunakan tubuh untuk menggambarkan emosi). Tahukah kalian apa yang dimaksud pantomim? Bagaimana simbolisme dalam teater fisik? Untuk mengetahuinya, pelajarilah materi berikut dengan saksama!

Tujuan Pembelajaran

Mendeskripsikan pantomim.

Menjelaskan simbolisme dalam teater fisik.

1. Pengertian Pantomim

Pantomim adalah pertunjukan teater tanpa kata-kata yang dimainkan sepenuhnya dengan mengguna- kan gerak dan ekspresi wajah yang biasanya diiringi musik. Pantomim berasal dari bahasa Latin, yakni pantomimus yang artinya “meniru segala sesuatu”. Artinya segala sesuatu (dialog, makna, kata-kata) ditirukan oleh gerakan dan ekspresi wajah saja. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pantomim adalah suatu pertunjukan teater yang menggunakan tubuh, dalam bentuk ekspresi wajah atau gerak tubuh, sebagai dialog atau penyampaian makna/ceritanya. Pertunjukan pantomim memang sepenuhnya mengandalkan gerak tubuh dan ekspresi wajah aktor yang disokong oleh iringan music yang sesuai.

Kekuatan utama dari gerak-gerak pantomim adalah gerakan imajinatif atau gerak peniruan (pantomimus). Aktor akan berakting seolah-olah sedang memegang benda meskipun bendanya t ada, seolah-olah ada di suatu tempat yang ramai meskipun sedang sendiri. Gerakan-gerakan yang pertunjukan pantomim biasanya bersifat lucu, bertema humor, dan membuat p menggambarkan suatu peristiwa harus diyakini benar seolah-olah peristiwanya nyata. Dari sisi cerita, ditampilkan merupakan hasil dari pengolahan gerak yang distilir atau digayakan. Gaya gerak tubuhnya pun komikal, yaitu gerakan-gerakan tubuh yang lucu. Gerakan-gerakan yang

2. Sejarah Singkat Pantomim

penontonnya tertawa.

Tokoh terkemuka dari pantomim adalah Charles Spencer Chaplin atau biasa dikenal dengan I yang mempopulerkan pantomim lewat film bisunya. Dengan gerak-gerik, riasan wajah kostum panggung Charlie Chaplin (1889-1977). Chaplin adalah tokoh pantomim yang terkenal dari Amerika

karakter lucu tokoh Chaplin menjadi inspirasi dan acuan para pemain pantomim dalam melakukan penampilan pantomim.

Pada tahun 1880-an, rekaman video memang belum mampu menyimpan suara, sehingga cerita yang ingin disampaikan harus sepenuhnya mengandalkan gerak dan ekspresi saja (terkadang dibantu teks). Sementara itu iringan musik biasanya akan dimainkan secara langsung bersamaan dengan pemutaran video. Pantomim pada masa itu mampu menjadi media film atau teater yang mainstream. Dari sini pula pantomim mulai terus digencarkan oleh para seniman.

3. Teknik Dasar Bermain Pantomim

Perpaduan antara gerak-gerik tubuh yang menarik juga ekspresi wajah yang berkarakter adalah kunci utama yang membuat pantomim menjadi sajian tontonan yang menarik. Oleh karena itu, untuk menampilkan pertunjukan pantomim yang baik, kalian harus menguasai teknik pengolahan tubuh dan ekspresi terlebih dahulu.

Banyak teknik dan metode latihan yang bisa menjadikan seseorang menjadi pemain pantomim yang baik. Namun demikian, secara umum ada dua latihan utama yang harus dijalani hingga dikuasai untuk dapat berpantomim dengan baik, yaitu latihan olah tubuh dan latihan ekspresi wajah. Kedua latihan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan menggunakan imajinasi secara kreatif (bukan melamun).

Berikut adalah teknik dasar bermain pantomim.

a. Olah Tubuh

Gerakan tubuh dalam pertunjukan pantomim merupakan teknik dasar yang sangat penting, sehingga diperlukan persiapan yang matang dalam mem- persiapkan tubuh untuk melakukan pertunjukan. Dalam mempersiapkan tubuh untuk pantomim diperlukan tiga langkah, meliputi pelenturan, pemanasan, dan pendinginan.

Ada beberapa gerakan yang dapat dilakukan dalam melakukan pelen- turan antara lain gerakan kepala, latihan tangan, gerakan badan, pinggul, dan kaki. Setelah melakukan pelenturan selanjutnya adalah pemanasan. Dalam pemanasan seorang aktor pantomim biasanya akan melakukan 2 gerakan dasar, yaitu gerakan stakato (patah-patah) dan gerakan legato (lemah gemulai).

b. Ekspresi Wajah

Seni pertunjukan pantomim sangat mengandalkan kekuatan gerakan dan ekspresi wajah tanpa menggunakan kata-kata. Oleh karena itu, teknik untuk menyesuaikan ekspresi dengan cepat se- suai dengan peran yang dimainkan harus dikuasai oleh seorang aktor pantomim.

C.Improvisasi

Secara umum yang dimaksud dengan improvisasi adalah menciptakan, mengarah, dan membuat sesuatu. Hal ini diperlukan lantaran dalam setiap pertunjukan tidak bisa diprediksi bisa berjalan mulus, bahkan kerap menemui berbagai macam hambatan seperti kendala teknik. Maka, dalam Improvisasi adalah kemampuan seorang aktor untuk beradaptasi dengan cepat terhadap segala meminimalisasi kerusakan pertunjukan yang terjadi, para aktor dapat melakukan improvisasi, perubahan yang terjadi secara mendadak di atas panggung.

d. Kemampuan Indra

na apa yang mereka akan sampaikan tidak bisa diungkapkan melalui kata-kata. Hal ini akan Dalam melakukan pertunjukan pantomim seorang aktor harus memiliki indra yang tajam kare- menyebabkan para penonton kesulitan dalam memahami cerita yang dibawakan apabila tidak disampaikan dengan baik. Oleh karena itu, semua indra yang dimiliki oleh seorang aktor harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

e. Sikap Tubuh dan Ekspresi Wajah

Sebagai seorang aktor yang akan bermain di atas panggung, hendaknya memiliki sikap tubuh dan ekspresi wajah yang meyakinkan penontonnya akan apa yang akan disampaikan. Sikap tubuh juga menunjukkan tingkat kesopanan kepada para penonton agar tidak terjadi salah paham. Kese suaian antara sikap tubuh dan ekspresi wajah akan menghasilkan paduan gerakan yang mantap sehingga penonton dapat mengerti makna dari cerita yang disampaikan.

f. Emosi

Sebagai seorang aktor harus pandai dalam mengendalikan emosi. Hendaknya seorang aktor menge tahui dengan pasti saat kapan yang tepat semua emosi itu harus dimunculkan agar menghasilkan pertunjukan yang luar biasa. Hal ini menguji tingkat sensitivitas para aktor dalam menghadapi suatu situasi.

4. Latihan Olah Tubuh Pantomim

Beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam olah tubuh untuk pantomim adalah pelenturan tubuh atau stretching, pemanasan, dan pendinginan. Tahap pelenturan dilakukan dengan melenturkan seluruh persendian tubuh dan peregangan urat-urat sendi dari mulai kaki, pinggang, pinggul, tangan, dan kepala.

a. Bagian Kepala

Lakukanlah gerakan kepala ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang lan-pelan dan berulang. Setelah itu, lakukan gerakan memutar kepala secara penuh, kemudian berganti arah sebaliknya. Lakukan secara berulang sampai dirasakan cukup. Efek yang a adalah otot bagian kepala akan terasa lebih ringan (dapat bergerak lebih luwes).

b. Bagian Tangan

Kekuatan tangan pada pantomim sangat penting dalam melakukan gerakan-gerakan imajinatif. Tangan juga salah satu bagian. tubuh yang dapat mengembang dengan besar menjadi seukuran wajah seseorang. Oleh sebab itu, tangan juga merupakan bagian tubuh manusia yang paling men- colok.

Latihan olah tubuh pada tangan ditujukan untuk mengolah persendian, kekuatan otot, dan kelenturan otot tangan. Pengolahan gerak tangan lebih variasi karena dapat dilakukan ke segala arah. Tangan dapat dilakukan lurus ke atas, ke samping, ke depan, memutar telapak tangan, me- lentikkan jari-jari tangan, serta gerakan lainnya.

c. Bagian Badan

Latihan pada bagian badan meliputi bagian perut, dada, dan punggung. Pengolahan ketiga bagian badan ini memiliki peran penting bagi seorang pemain teater karena merupakan bagian yang memberikan efek pada sikap tubuh saat berperan. Latihan yang dilakukan pada bagian badan ini dapat dilakukan dengan menggerakkan dan melenturkan badan ke depan dengan membungkuk dan ke belakang dengan menekuk pada bagian perut sehingga tubuh melengkung ke belakang.

d. Bagian Pinggul

Bagian pinggul juga penting untuk diolah agar gerakan tubuh pinggul lebih lentur dan fleksi- bel. Pada bagian pinggul, latihan gerakan tubuh dapat dilakukan dengan menggerakkan pinggul ke samping, ke depan, dan membungkuk. Dampak yang dirasakan adalah bagian-bagian torso (bagian perut dekat pinggul) menjadi berat atau menjadi ringan. Rasakan juga pergerakan bagian pinggul dan torsomu menjadi bisa bergerak lebih bebas.

5. Bentuk Penampilan Pantomim

Penampilan pantomim dapat disajikan dengan beberapa bentuk. Bentuk penampilan pantomim dapat dikelompokkan sesuai dengan jumlah pemain yang tampil, yaitu pantomim tunggal, pantomim berpasangan, dan pantomim kelompok. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing bentuk penampilan pantomim.

a.Pantomim Tunggal

Pertunjukan pantomim tunggal dimainkan oleh satu orang pemain. Biasanya tema dan adegan yang ditampilkan berupa permasalahan yang dihadapi oleh seseorang dalam berbagai kondisi. Sebagai contoh, tema pantomim tunggal dapat berupa seseorang yang yang sedang berada di jalanan dan bingung mau menyebrang jalan, kemudian datang rintangan seperti turun hujan dan berhembusnya angin kencang. Selain itu, misalnya orang yang sedang kebingungan kehilangan sesuatu. Pada pantomim tunggal dapat mencari tema-tema yang menarik untuk dimainkan sendiri.

b.Pantomim Berpasangan

Selain dimainkan sendiri, pantomim juga menarik kalau dimainkan oleh dua orang atau berpasangan. Tema dan adegan yang bisa ditampilkan tentunya keunikan dari dua orang yang saling merespons ge- rak-gerak yang lucu. Beberapa contoh adegan yang dapat dilakukan pada pantomim berpasangan,adalah sebagai berikut.

1) Dua orang sedang tarik menarik tambang.

2) Dua orang sedang mendorong roda pasir yang berat dengan jalan menanjak sampai mengeluarkan pasirnya.

C. Pantomim Kelompok

Pantomim juga bisa dilakukan oleh lebih dari dua orang atau secara kelompok. Gerak-gerak panto- mim secara kelompok dapat dibuat adegan seperti menirukan gerakan sekelompok bebek yang sedang digembala petani, adegan di sebuah pasar yang ra- mai dengan berbagai macam aktivitas, dan bisa juga mencari aktivitas-aktivitas yang menarik lainnya.

6. Menyusun Naskah Pantomim

Jika ingin menulis atau menyusun naskah pantomim maka kalian harus memahami dan menguasai konsep, ciri, dan keunikan pantomim itu sendiri. Selain itu, peka terhadap berbagai sumber cerita pantomim juga akan sangat membantu kalian dalam penulisan kreatif naskah pantomim. Berikut diuraikan berbagai literasi yang dapat membantu kalian untuk menyusun naskah pantomim.

a. Konsep Pantomim

Harus disadari sepenuhnya bahwa pantomim merupakan pertunjukan teater yang menampilkan tubuh dan mimik wajah. Gerakan tubuh dan wajah pantomim menggambarkan perasaan dan sua- gambaran suatu objek atau benda tanpa menggunakan kata-kata, tetapi menggunakan gerakan sana hati dari pemainnya sehingga dapat dinikmati oleh penontonnya. Istilah pantomim berasal

dari bahasa Yunani yang artinya meniru segala sesuatu dengan isyarat. Berarti secara etimologis, pertunjukan pantomim yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal, bahkan bisa sepenuhnya tanpa ujaran atau suara vokal apa pun.

b. Ciri dan Keunikan Pantomim

Pantomim adalah pertunjukan teatrikal yang diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya, yaitu ketika seseorang melakukan gerakan-gerakan yang bermakna dan mempunyai arti. Bahasa gerak seorang pantomer (sebutan seorang pemain pantomim) adalah universal yaitu menjalankan ekspresi emosi yang serupa di antara berbagai umat manusia dan dapat dipahami secara umum.

Ciri kuat lainnya adalah bahwa seniman pantomim terkenal dengan riasan putih dan celak hitam mata, serta tampilan wajah lain untuk melebih-lebihkan emosinya. Baju kaos bergaris hitam putih, sarung tangan putih dan topi hitam juga termasuk kelengkapan kostum seniman pantomim. Selanjutnya riasan putih pada wajah dalam panto- mim berasal dari tradisi badut adalah keunikan lain dari pantomim. Riasan tersebut digunakan dalam pertunjukan pantomim untuk menekankan sifat ka- rakter dan ekspresinya sehingga dapat dilihat dengan jelas dari kejauhan. Riasan putih pada awalnya dituju- kan untuk membangun karakter yang sederhana dan polos. Bentuk tampilan riasan wajah pantomim pada masa kini lebih berkembang dan bervariasi sesuai dengan gaya dan kreasi masing-masing pantomer, tetapi masih dengan alas bedak dasar putih. Tetap masih dengan bedak dasar putih

c. Sumber cerita untuk pantomim

Untuk membuat pementasan pantomim yang baik diperlukan penyusunan alur cerita yang baik juga. Cerita-cerita yang menarik untuk dipakai dalam pantomim pada dasarnya sama dengan alur cerita-cerita pendek yang menggambarkan adegan dan situasi yang dialami tokoh utama. Namun demikian, inti dan maksud cerita harus dapat tersampaikan dengan gerakan-gerakan tubuh dan ekspresi.

Sumber cerita untuk pantomim dapat diambil dari berbagai peristiwa yang biasa kalian jumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga penonton lebih terasa related atau terhubung, tetapi tersampaikan lebih menarik karena penyampaiannya dilakukan melalui gerak tubuh dan ekspresi. Contoh-contoh berbagai peristiwa sehari-hari tersebut meliputi beberapa adegan di bawah ini.

1) Aktivitas manusia dari mulai bangun pagi, mandi, sarapan, kegiatan di dapur, di sekolah, di jalan raya, sampai kegiatan makan malam, tidur, dan menjelang pagi.

2) Aktivitas berpetualang ke hutan, pantai, gunung atau lautan, dengan seolah-olah membawa banyak peralatan.

3) Berbagai aktivitas yang berhubungan dengan situasi alam seperti hujan, badai, panas, dan menggigil.

4) Aktivitas manusia berurusan dengan perabotan dan peralatan mesin, misalnya mengendarai kendaraan bermotor, mesin pemotong rumput, mesin jahit, pisau, dan gunting.

Pada akhirnya, hal terpenting dalam pengembangan cerita pantomim kan itu seperti sebenarnya dan benda yang kalian pegang atau mainkan seolah-olah benar-benar kan ilusi dan imajinasi dari hal sederhana sekali pun. Ilusi artinya meyakini apa yang kalian lakuka itu seperti sebenarnyadan benda yang kalian pegang atau mainkan seolah-olah benar-benar

D. Gerak Tubuh Menciptakan Tokoh

Ada banyak unsur penting dalam karya seni teater, salah satunya adalah penokohan. Penokohan dalam seni teater adalah unsur yang berkaitan penggambaran karakter tokoh dalam suatu cerita. Unsur penokohan membantu penciptanya dalam menjelaskan setiap karakter yang dimiliki tokoh. Penokohan juga dapat diartikan sebagai suatu teknik yang menggambarkan karakter tokoh. Teknik penokohan juga diperlukan setiap pemeran untuk memahami karakter dari tokoh yang akan dimainkan. Oleh karena itu, hal ini merupakan hal yang penting dalam seni teater.

Untuk memahami teknik penokohan dalam seni teater, simak penjelasan di bawah ini.

1. Pengertian Teknik Penokohan

Teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon atau sutradara dalam menyiapkan penampilan atau penempatan tokoh-tokoh beserta wataknya dalam drama. Dalam seni teater, teknik penokohan tidak hanya perlu dilakukan oleh penulis naskah maupun sutradara, tetapi juga perlu dipahami oleh setiap pemainnya. Setiap pemain perlu melakukan teknik penokohan agar dapat mendalami karakter dari tokoh yang dimainkan. Dengan begitu, setiap pemain dapat memainkan perannya dengan maksimal.

2. Macam-Macam Teknik Penokohan

Ada dua macam teknik penokohan, yaitu sebagai berikut.

a.Teknik penokohan analitik adalah teknik penokohan dengan cara langsung melalui uraian.

deskripsi atau penjelasan oleh sang pengarang.

b. Teknik penokohan dramatik adalah teknik penokohan yang dilakukan secara tidak langsung yakni melalui interaksi dengan tokoh lainnya dan hal-hal yang berkaitan dengan tokoh tersebut. Secara dramatik, yaitu pengarang tidak langsung mendeskripsikan sikap, sifat, dan tingkah laku laku, tokoh, tetapi melalui beberapa teknik lain, yaitu teknik cakapan (percakapan yang teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh tokoh-tokoh cerita untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan), teknik tingkah lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik (teknik melukiskan keadaan fisik tokoh).

3. Teknik Penokohan dalam Seni Teater

Dalam seni teater, teknik penokohan dilakukan untuk memahami karakter dari tokoh dimainkan. Karakter tokoh adalah karakteristik yang dimiliki oleh suatu tokoh. Karakter tokoh berkaitan dengan watak dan pribadi yang memiliki ciri-ciri yang khas. Karakter tokoh juga berkaitan dengan perangai dan tabiat yang tertentu yang dimiliki oleh suatu tokoh. Menurut Sem Cornelyoes Bangun, dkk. menjelaskan teknik penokohan dalam seni teater dapat dilakukan dengan memahami tiga dimensi yang dimiliki oleh suatu tokoh.

Tiga dimensi yang dimiliki tokoh yang dimaksudkan di atas adalah dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi psikologis.

a.Dimensi Fisiologis

Dimensi fisiologis adalah dimensi yang berkaitan dengan kondisi tubuh yang dimiliki oleh se- orang tokoh. Dimensi ini meliputi hal-hal berikut.

1) Usia (tingkat kedewasaan).

2) Jenis kelamin.

3) Keadaan tubuhnya.

4) Karakteristik tubuh dan wajah.

b. Dimensi Sosiologis

Dimensi sosiologis adalah dimensi yang menggambarkan kondisi sosial yang dimiliki tokoh dalam cerita. Dimensi ini berkaitan dengan hal-hal berikut.

1) Status sosial.

2) Pekerjaan, jabatan, dan peranan dalam masyarakat. 3) Tingkat pendidikan.

4) Kehidupan pribadi maupun keluarga.

5) Agama, kepercayaan, pandangan hidup, dan ideologi.

6) Aktivitas sosial (dalam organisasi), kegemaran (hobi).

7) Kewarganegaraan, keturunan, dan suku bangsa.

c.Dimensi Psikologis

Dimensi psikologis adalah dimensi yang berkaitan dengan kondisi psikis dan mental dari setiap tokoh. Dimensi ini memuat unsur-unsur tertentu seperti berikut.

1) Ukuran-ukuran moral untuk mengatakan yang baik dan yang tidak baik.

2) Temperamen, keinginan-keinginan pribadi, perasaan-perasaan pribadi, serta sikap dan kelakuan. Kecerdasan, keahlian, dan kecakapan khusus dalam bidang tertentu.

4. Peran dalam Seni Teater

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh dalam drama mengacu pada watak (sifat-sifat pribadi seorang pelaku sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa.

Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik. Konflik dapat dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah laku peran. Dalam teater, peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran inilah yang dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut adalah sebagai berikut.

a. Protagonis

Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan p adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Persoal- an ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya cerita.

b. Antagonis

Antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan tikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis.

c. Deutragonis

Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.

d. Tritagonis

Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis.

e. Foil

Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlu- kan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis.

f. Utility

Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis.

E. Simbolisme dalam Teater Fisik

Simbol dalam teater fisik merupakan salah satu cara penyampaian pesan yang utama. Pesan berupa simbol akan memberikan ketertarikan lebih kepada penonton. Mengapa? Karena penonton akan merasa pencerahan atau suatu perasaan dan keterkaitan yang kuat, maka penonton juga akan disuntiki perasaan tertantang untuk menginterpretasikannya. Saat interpretasi yang puas yang lebih tinggi lagi.

Namun, permainan simbol yang terlalu klise berisiko untuk membuat penonton merasa kecewa atau merasa geli (cringe). Selain itu, membuat simbol yang menggunakan analogi terlalu jauh atau terlalu sulit untuk ditebak juga berisiko membuat pesan tidak tersampaikan. Kedua hal tersebut merupakan kesalahan yang sering terjadi pada pembentukan simbol. Hal pertama penyebabnya adalah kurangnya literasi, sementara yang kedua biasanya terjadi karena terlalu asyik bermain teka-teki di kepala sendiri. Oleh karena itu, pemahaman mengenai simbol amatlah penting dikuasai berkaitan ingin disampaikan. dengan pemakaiannya pada seni teater. Simbol dalam teater merupakan jiwa dari berbagai pesan

Peristiwa apa yang terjadi di atas pentas semata-mata adalah simbolisasi dari penggarap teater untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan atau ide-ide keseniannya. Simbol adalah sarana untuk menghantarkan makna pesan penggarap. Adapun pesan adalah nilai-nilai yang dikomunikasikan kepada publik penonton untuk mendapat tanggapan dan apresiasi.

Teater fisik merupakan seni pertunjukan yang sarat dengan simbol-simbol yang penuh makna. Bahkan biasanya berbagai peristiwa yang disajikan di panggung bukanlah peristiwa yang sebenarnya, melainkan peristiwa simbolis yang diangkat dari pengalaman kehidupan manusia. Penonton bisa menikmati pertun- jukan teater melalui proses penafsiran makna-makna dari simbol-simbol yang dihadirkan di atas pentas.

Simbol itu hanyalah sarana atau media untuk menyampaikan makna pesan seniman kepada penonton. Di balik sarana simbol ada makna yang ditafsirkan penonton tentang apa yang dimaksudkan oleh seniman. Teknik penyampaian gagasan pada teater dan jenis seni lainnya, tidak dilakukan secara terbuka dan jelas seperti halnya pada ceramah atau pidato. Seni selalu mengusung nilai-nilai secara terselubung dalam balutan simbol hingga menarik untuk dicerna. Tidak heran jika kalian menonton teater dituntut untuk penuh konsentrasi mengikuti jalannya pertunjukan agar bisa memaknai apa yang dimaksudkan. Oleh karena itu, menonton teater menuntut penontonnya untuk senantiasa berpikir agar dapat menafsirkan makna pesan yang berada di balik simbol yang disajikan. Hal ini merupakan salah satu keindahan dari menonton teater, saat kalian mampu menerjemahkan apa yang diungkapkan lewat sarana simbol dan mengasosiasikannya pada pengalaman kalian. Dengan demikian, makna simbol dalam teater adalah suatu penyampaian pesan utama yang disampaikan secara terselubung atau tidak langsung, sehingga harus ditafsirkan oleh penonton.

1. Jenis Simbol dalam Teater Fisik

Jenis simbol dalam teater pada dasarnya dibagi menjadi tiga.

a.Simbol Visual

Simbol visual adalah simbol yang tampak dalam penglihatan penonton, meliputi seluruh wujud bentuk dan warna termasuk tubuh para pemain.

b. Simbol Verbal

Simbol verbal adalah simbol yang diungkapkan dengan kata-kata, baik oleh para pemain, narator, maupun dalang.

c. Simbol Auditif

Simbol auditif adalah simbol yang berbunyi atau simbol yang ditimbulkan oleh bunyi. Segala sesuatu yang tampak di atas pentas akan mengirimkan pesan makna kepada penonton. Seperti pemain yang memerankan tokoh cerita tertentu adalah simbol karakteristik tokoh cerita ciptaan sutradara. Mulai dari gesturnya, gerakannya, kostumnya, ekspresi wajahnya, serta dukungnya yang ada di atas pentas. Tata cahaya juga akan memperkuat simbol visual, seperti terang, redup, merah, jingga, kuning, biru, dan sebagainya. Semua gerak laku pemain, bentuk dan warna benda-benda artistik, serta dialog yang dibawakan akan memberikan kesan simbolis pada penontonnya. Makna pesan verbal sangat bergantung pada kata-kata yang diucapkan, cara mengucapkan, nada bicara, serta irama berbicara. Semua ungkapan kata-kata akan mengirimkan pesan makna kepada penonton teater. Simbol melalui kata-kata atau sim- bol verbal adalah simbol yang relatif mudah dicerna oleh penonton. Sifatnya yang langsung mengatakan sesuatu dan penonton langsung memaknai apa yang dimaksud di balik kata-kata itu.

Dari sisi auditif, setiap bunyi selalu punya arti dan setiap nada senantiasa menebarkan makna pula pada suatu pertunjukan teater. Sebab semua bunyi, semua nada, lirik dan lagu secara sengaja dicipta untuk memperkuat komunikasi makna. Entakan kaki tokoh cerita ketika sedang marah, atau bunyi derap langkah seperti orang berbaris adalah simbolis untuk mengesankan syahdu dalam adegan romantis adalah simbol yang akan memperkuat adegan yang dimaksud. Semua yang nampak, semua yang terucap, dan semua yang terdengar adalah simbol ditanggapi oleh penonton. Efektivitas penggunaan jenis-jenis sarana simbolis dalam kasikan gagasan sangat bergantung pada pengetahuan dan kemampuan teknik para pemain.

2. Fungsi Simbol dalam Komunikasi

Simbol-simbol yang digunakan dalam pertunjukan teater berfungsi untuk memperkuat komunikasi ide- ide akan disampaikan kepada penonton. Kualitas komunikasi ditentukan oleh proses pencarian atau eksplorasi, proses latihan, dan penjiwaan.

Bahasa verbal atau bahasa dalam bentuk kata-kata adalah sarana simbolis dalam proses komunikasi. Agar komunikasi terjadi dan berjalan dengan lancar maka kedua belah pihak harus saling memahami apa yang diungkapkan melalui ucapan masing-masing. Kalian bisa memahami gagasan, keinginan, hasrat, maksud melalui ucapan seseorang yang disampaikan kepada kalian. Begitu juga kalian bisa menyampaikan apa yang dimaksud melalui kata-kata yang kalian ucapkan kepada orang lain.

Komunikasi bisa berjalan lancar manakala bahasa yang digunakan sama atau satu bahasa. Jika bahasa yang digunakan lebih dari satu karena berasal dari dua latar belakang budaya maka komunikasi akan terhambat. Bahkan dalam satu bahasa pun kadang-kadang terhambat oleh idiom serta perbendaharaan kata-kata, sehingga komunikasi melalui kata-kata tidak efektif. Oleh karena itu, kalian dapat menggunakan bahasa nonverbal atau bahasa tubuh untuk menegaskan maksud ucapan dengan simbol-simbol visual. Bahasa nonverbal sangat membantu proses komunikasi ketika bahasa kata-kata terbatas oleh perbendaharaan dan struktur kalimat yang diucapkan. Mitra komunikasi akan paham tentang apa yang dimaksudkan melalui gerakan anggota tubuh ketika berkomunikasi. Bahkan komunikasi, karena orang lain akan menafsirkan tentang apa dan mengapa merenung. Seseorang yang sedang mendesah sehabis menarik nafas diam pun dalam teater adalah komunikasi. Duduk termenung di sudut ruangan tanpa

mengomunikasikan sesuatu tentang kehidupan dalamnya melalui desahan. Bahasa nonverbal yang visual tidak terbatas oleh kata-kata dan tidak terbatas oleh satu makna. Komunikasi nonverbal kadang menjadi mitra komunikasi.

Di samping bahasa tubuh, bahasa visual meliputi juga bentuk dan warna. Bentuk bulat berbeda makna dengan persegi, berbeda dengan segitiga dan seterusnya. Setiap bentuk dimaknai beragam oleh kehidupan budaya. Bentuk-bentuk itu bisa berupa perkakas rumah, senjata tradisional, dan sebagainya. Begitu juga warna-warna yang digunakan baik untuk kostum pemain, ataupun properti akan mengesankan makna berbeda dari warna yang berbeda.

Namun setiap budaya akan memaknainya beragam sesuai dengan kesepakatan komunitas dalam kehidupan budaya masing-masing. Misalnya warna merah bagi orang Indonesia dimaknai berani, warna jingga dimaknai murka, warna putih dimaknai suci, warna kuning dimaknai agung. Namun dalam realitas kehidupan budaya etnik makna-makna itu beragam sesuai dengan kesepakatan masyarakatnya.

Sebagai contoh warna merah bagi orang Tiongkok dimaknai sebagai warna romantis. Hitam bagi orang Sunda dimaknai sebagai warna bumi. Ketika kalian memaknai bahasa ungkap teater baik visual, verbal, maupun nonverbal, maka sarana simbol itu akan menghantarkan makna budaya. Dengan demikian kalian dapat menafsirkan pesan-pesan yang disampaikan melalui bahasa ungkapan tersebut. 3. Ragam Teknik Ungkapan Simbolik

Teknik pengungkapan gagasan dalam teater sangat beragam. Media ungkapan yang digunakan biasanya tidak hanya satu media melainkan multimedia. Media tersebut berupa bahasa ungkap sebagai sarana komunikasi yang meliputi audio dan visual. Bahasa kata-kata yang diucapkan para pemain dan musik termasuk kategori audio, sedangkan bahasa tubuh, bahasa warna, dan bentuk termasuk kategori visual.

Para penggarap teater senantiasa melakukan teknik pengungkapan secara efektif mengingat panggung merupakan ruang yang sangat terbatas, tetapi harus mengesankan berbagai hal. Jika panggung harus mengesankan suasana pantai, karena peristiwa cerita terjadi di pantai, tidak mungkin suasana pantai yang sebenarnya dipindahkan ke atas panggung. Penggarap teater biasanya hanya menghadirkan benda-benda yang khas dan bisa mewakili suasana pantai.

Jika tidak bisa menghadirkan benda-benda pantai dengan sesuatu alasan tertentu, sarana simbol bisa menggunakan bunyi deru ombak atau desir pasir tertiup angin laut menyentuh dedaunan yang berada di sekitar pantai. Jika hal itu pun tidak bisa dilakukan, ada cara instan yang biasa digunakan para penggarap teater, yaitu dengan lukisan atau print out foto pantai pada kanvas besar atau pada layar belakang.

Untuk memperkuat suasana pantai tersebut biasanya dipertegas oleh media lain misalnya sistem pencahayaan, warna dan desain kostum para pemain, serta akting para pemain yang seolah-olah seperti perilaku orang-orang pantai. Kejelian penggarap dalam menghadirkan benda-benda, warna-warna, bentuk-bentuk, serta bunyi-bunyi dan perilaku-perilaku untuk mengesankan suasana tertentu adalah nilai kreativitas yang sangat tinggi.

4. Ungkapan Simbolik dalam Penampilan Teater

Pada dasarnya penampilan teater merupakan proses pemanggungan sebuah lakon. Naskah drama yang berupa teks berisi kata-kata karya seorang pengarang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa maka itulah disebut pertunjukan teater. Istilah lain untuk proses pentas oleh para seniman penggarap penerjemah bahasa ungkapan yang dipanggungkan adalah transformasi bahasa kata-kata dalam teks naskah yang awalnya hanya simbol-simbol verbal, kemudian kemudian diperkaya dengan simbol-simbol audio dan visual.

naskah ke dalam versi pertunjukan. Misalnya, kata “tidak” dalam teks naskah apakah kemudian langsung diucapkan oleh pemain? Atau hanya cukup dengan bahasa tubuh dengan cara i a menggelengkan kepala. Bisa juga kata “tidak” divisualkan dengan gerakan tangan yang seolah-olah menolak. Menggunakan seluruh media ungkapan baik visual maupun verbal serta audio agar betul-betul lengkap.

Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan media ungkapan, efektivitasnya dan kesesuaiannya dengan karakter tokoh cerita yang dimainkan. Karakter tokoh yang lincah, berani dan tegas senantiasa menyertakan bahasa tubuh ketika dia sedang berbicara. Hal itu berbeda dengan seseorang yang dingin, pendiam, atau pemalu, karakter ini sulit berkomunikasi dengan orang lain, dengan sendirinya gagasannya atau hasratnya, atau keinginannya sulit untuk dipahami oleh orang lain.

Kedua karakter tersebut di atas bisa hadir dalam satu cerita dan bagaimana cara menampilkannya. Bukan hal mudah untuk menerjemahkan bahasa teks (sastra drama) ke dalam bahasa pertunjukan. Ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh seorang penggarap drama. Jika garapan drama tidak disertai dengan pengetahuan dan pengalaman maka produk drama yang dipertunjukkan akan berkesan miskin pengalaman dan pengetahuan. Sebaliknya jika penggarapnya adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman maka pertunjukan akan berkesan kaya dan lebih menarik.

Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tidak akan kehabisan ide untuk menafsirkan hal- hal yang ada dalam sastra drama untuk kebutuhan pertunjukan. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses garapan dan menonton karya orang lain, sangat memungkinkan untuk menghadirkan ide-ide yang orisinal, bukan tiruan dari karya orang lain. Orisinalitas karya adalah keunikan seniman penggarap yang membedakan dirinya dengan seniman lainnya. Semua itu berindikasi pada karya tersebut. pada suksesnya garapan drama, serta itulah kualitas karya yang membuat penonton merasa empati

Rangkuman

Teater Fisik

1. Teater fisik adalah genre pertunjukan teater yang mencakup penceritaan terutama melalui gerakan fisik.

2. Berlatih teater fisik, sebagai berikut.

a.Teknik olah tubuh.

b. Teknik olah vokal.

C. Teknik olah pikir.

3. Pantomim adalah pertunjukan teater tanpa kata-kata (dialog/monolog) yang dimainkan sepenuhnya dengan menggunakan gerak dan ekspresi wajah yang biasanya diiringi musik.

4. Bentuk penampilan pantomim, sebagai berikut.

a.Pantomim tunggal.

b. Pantomim berpasangan.

C. Pantomim kelompok.

5. Teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon atau sutradara dalam menyiapkan penampilan atau penempatan tokoh-tokoh beserta wataknya dalam drama.

6. Simbol dalam teater merupakan salah satu cara penyampaian pesan yang utama. Pesan berupa simbol akan memberikan ketertarikan lebih kepada penonton.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

https://borrowmarmotforester.com/ikk6dgxp6?key=2f06e78c20e057d49e30985f343b0f39 https://borrowmarmotforester.com/vku0xehca5?key=60798e1926f76e1ac3b0e649820b6850 https://pjjpp.com/fullpage.php?section=General&pub=758948&ga=g