Skip to content

Perkembangan Teater Tradisional

Seni teater telah dikenal sejak zaman dahulu. Hal ini dapat kalian lihat dengan adanya berbagai kegiatan dalam upacara ritual yang menggambarkan sesuatu untuk keperluan pemujaan. Pada saat pemujaan tersebut terdapat berbagai unsur, yaitu unsur gerak yang berupa tari-tarian dan unsur suara yang berupa tetabuhan (musik). Namun, pada saat itu tidak ada penontonnya. Hal ini dikarenakan penontonnya adalah para pelaku upacara tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya, selain untuk keperluan upacara adat dan keagamaan, teater tradisional diperlukan pula oleh masyarakat untuk keperluan hiburan serta keperluan ekspresi bagi para seniman. Perkembangan teater tradisional dimulai dengan adanya teater tutur. Teater tutur merupakan teater yang paling sederhana. Teater ini banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia. Teater tutur mengangkat cerita dari sastra lisan daerah dan dipentaskan dengan cara menceritakan kembali yang dilakukan dengan bercerita maupun dengan nyanyian yang diiringi oleh alat musik (seperti tetabuhan). Teater tutur, antara lain bakaba (Sumatra Barat), kentrung (Jawa Tengah), sinrilli (Sulawesi Selatan), dangderia (Aceh), cepung (Lombok), dan cekepung (Bali).

Selanjutnya, teater tradisional berkembang menjadi bentuk teater seperti ketoprak (Jawa Tengah), randai (Sumatra Barat), longser (Jawa Barat), wayang gung (Kalimantan Selatan), dan topeng prembon (Bali). Teater tradisional di beberapa daerah yang memiliki latar belakang kebudayaan Melayu mulai mengenal bentuk teater Melayu. Teater ini biasa disebut sebagai teater tradisional masa transisi, seperti komidi bangsawan (Sumatra Utara), makyong (Riau), dulmuluk (Sumatra Selatan), dan sandiwara Sunda (Jawa Barat).

1. Perkembangan Teater Tradisional Daerah Sumatra Barat

a. Randai

Randai merupakan bentuk teater tradisional yang ada di Sumatra Barat yang dipengaruhi oleh teater tradisional lainnya, yaitu basijobang setempat, tonil Belanda, dan terutama komidi bangsa- wan. Pada tahun 1932 di daerah Payakumbuh terdapat sebuah kelompok komidi bangsawan yang memutuskan untuk menyempurnakan basijobang dengan unsur tonil Belanda dan seni pencak si- lat setempat. Lakon-lakonnya adalah kaba dan beberapa naskah baru yang ditulis. Randai merupa- kan pertunjukan yang disukai orang Minangkabau. Berbagai perkumpulan bermunculan dengan mengambil lakon tokoh kaba. Tema yang disajikan mengenai peristiwa sejarah, adat Minang, dan pelajaran warisan orangtua untuk anak- anak dalam mempersiapkan hidupnya.

Randai merupakan bentuk hiburan masyarakat yang diselenggarakan pada pesta perkawinan atau setelah panen. Waktu pertunjukan di malam hari dan dapat berlangsung satu minggu. Dalam perkembangannya, randai berubah men- jadi pentas panggung, namun tetap mempertahankan ciri teater rakyat, yaitu bentuk lingkaran, seni bela diri, dan penggunaan lakon kaba.

Randai sebagai pertunjukan mempunyai empat unsur penting, yaitu

1) adanya kaba yang dimainkan;

2) gurindam;

3) bentuk tari; dan

4) dialog dan pameran.

Alur pertunjukannya adalah sebagai berikut.

Pertama, pemain gelombang, yakni semua pemain dalam hal ini ikut berperan dan ambil bagian. Salah satu diangkat sebagai komando. Jika komando mengucapkan “heepta” pertanda bahwa semua pemain segera masuk dan mengikuti gerak sesuai dengan komandonya. Kedua, pembawa gurindam, terdiri sekurang-kurangnya dua orang yang ikut membentuk lingkaran gelombang. Ketiga, pemain yang memerankan tokoh. Sewaktu pemain ini memainkan rolnya, ia keluar dari rantai lingkaran dan masuk ke arena. Setelah selesai memerankan adegan, ia kembali lagi ke dalam rantai lingkaran dan ikut dalam permainan gelombang. Iringan musik yang terdiri atas puput batang padi, talempong, gendang, dan rebana hanya dimainkan pada waktu pem- bukaan dan penutupan. Terkadang ilustrasi dimainkan, misalnya untuk mengiringi akting yang berupa gerak dasar silat.

Lakon yang dimainkan umumnya sesuai dengan kaba-kaba yang terdapat di setiap daerah di Minangkabau. Lakon-lakon itu, antara lain Anggun Nan Tongga, Rambun Pamenan, Magek Manandian, dan Gadih Rantinte.

b. Bakaba

Bakaba merupakan teater yang berasal dari Sumatra Barat. Teater ini dituturkan oleh tukang kaba dalam bentuk prosa liris yang didendangkan (dilagukan) dengan diiringi alunan musik rebab atau kecapi, sa- luang (suling), dan adog (rebana).

Untuk menggelar kaba sekurang-kurangnya harus ada dua tukang kaba, seorang penyanyi yang bercerita, dan seorang lagi sebagai pengiring musik. Kaba biasanya dipentaskan sebagai bagian dari upa- cara perkawinan, menempati rumah baru, panen, dan sebagainya. Waktu pementasan terjadi interaksi dengan penonton.

2. Perkembangan Teater Tradisional Daerah Riau

Teater tradisional dari Riau, antara lain makyong dan mendu.

a. Makyong

Teater makyong berasal dari Riau. Teater mak- yong merupakan pertunjukan yang menggabungkan unsur drama, musik, dan tari serta penuturan dongeng. Semua pemainnya terdiri atas wanita, sedangkan pria hanya sebagai pelawak. Cerita dalam makyong sekitar dua belas lebih lakon asli, sedangkan ada cerita lain yang dikembangkan dari teater bangsawan, seperti cerita Panji dari Jawa, teater Menora dari Muangthai, dan wayang kulit Malaya. Tema dari ceritanya adalah pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Kebaikan sebagai pemenangnya.

Lakon dalam makyong menggambarkan seorang putra mahkota yang berjuang untuk mencapai cita-cita dengan bertahan terhadap ke- hidupan yang keras dengan bantuan Dewa. Dalam pertunjukannya, Makyong menggunakan tari dan lagu, seperti lagu untuk pembuka dialog, cinta, perang, dan berjalan.

b. Mendu

Cikal bakal teater rakyat modern di Indonesia adalah mendu. Sebab, teater ini berkembang di beberapa daerah Melayu, antara lain Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Pertunjukan teater mendu dilakukan di tanah lapang, terbuka dan belum menggunakan panggung. Antara penonton dan pemain diberi batas dengan tabis daun kelapa.

Pertunjukan dimulai dengan tanda bunyi gong, kemudian seorang pawang memasuki arena memohon doa kepada Dewa Mendu agar diberi kesehatan. Acara selanjutnya adalah ke- luarnya semua pemain mendu dengan kostum lengkap mema- suki arena dari pintu kanan kiri sambil menari dan menyanyi berkeliling yang disebut berladun. Adegan pertama ialah sidang kerajaan. Sebelum berdialog, para pemain memperkenalkan diri dengan menyebut nama peranannya, jabatan, dan asal negaranya. Bentuk dialog kadang berupa nyanyian. Musik pengiringnya terdiri atas biola kendang, dan gong. Cerita umumnya dari kisah Seribu Satu Malam, Panji, Ramayana, dan cerita rakyat lokal.

3. Perkembangan Teater Tradisional Daerah Jawa Barat

Teater tradisional dari Jawa Barat, antara lain longser dan wayang wong Cirebon.

a. Longser

Teater longser merupakan seni pertunjukan yang menggabung- kan unsur cerita, tari, karawitan, dan vokal. Belum diketahui secara pasti tahun berapa bentuk kesenian ini muncul pertama kali. Namun, tahun 1939 bentuk seni pertunjukan ini telah berkembang pada masyarakat pedesaan dengan sebutan leng- ger. Lambat laun, berkembang menjadi longser dan menyentuh selera masyarakat kota. Seorang tokoh longser dan pimpinan rombongan longser, yaitu Ateng Djafa mengatakan bahwa pada waktu dulu iringan longser hanya terdiri atas tiga buah waditra, yaitu ketuk, kendang, dan gong. Karena dirasakan kurang di- minati, iringan karawitannya ditingkatkan menyerupai bentuk gamelan iringan wayang golek. Namun, untuk bentuk vokal tidak dihilangkan karena hal ini menjadi ciri khas longser.

b. Wayang Wong Cirebon

Wayang wong Cirebon merupakan drama tari berdialog yang pada penyajiannya menggunakan topeng sebagai penutup muka. Pertunjukan ini diperkirakan berkembang pada masyarakat Cire- bon sekitar tahun 1914. Akan tetapi, wayang wong Cirebon sejak tahun 1972 sudah tidak tampak lagi dipertunjukan karena tidak adanya faktor pendukung dan munculnya kesenian baru seperti tarling.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

https://borrowmarmotforester.com/ikk6dgxp6?key=2f06e78c20e057d49e30985f343b0f39 https://borrowmarmotforester.com/vku0xehca5?key=60798e1926f76e1ac3b0e649820b6850 https://pjjpp.com/fullpage.php?section=General&pub=758948&ga=g