Teater tradisional dari daerah Bali, antara lain arja, prembon, dan gambuh.
a. Arja
Arja merupakan wayang orang yang pertunjukannya diadakan dengan latar belakang pura. Se- tiap adegan menggunakan tarian dan tembang Bali yang diiringi oleh gamelan Bali. Teater arja dibawakan oleh seorang dalang yang memimpin untuk setiap perpindahan adegan disertai dengan bunyi kendang. Arja disebut sebagai opera Bali. Arja sangat digemari oleh masyarakat pedesaan ataupun perkotaan. Sampai saat ini munculnya arja masih menjadi bahan perbincangan di ka- langan para ahli seni dan budayawan Bali. Banyak pendapat mengatakan bahwa arja muncul pada zaman pemerintahan I Dewa Agung Sakti di Puri Klungkung antara tahun 1775-1825. Sementara itu, menurut I Wayan Dibia dalam desertasinya yang berjudul Arja a Sung Dance-Drama of Bali, a Study of Change and Transformation menjelaskan bahwa arja baru muncul pada abad ke-20. Hal ini berdasarkan pada keterangan sejumlah informan yang mengatakan bahwa pada tahun 1904 di Gianyar Barat mulai muncul pertunjukan drama yang berkembang yang dinamakan arja dadap atau arja doyong.
b. Prembon
Prembon merupakan teater daerah dari Bali. Prembon diciptakan pada tahun 1940 oleh Raja Gianyar, I Dewa Manggis VIII yang ingin mempersatukan semua tokoh kesukaannya
macam jenis pertunjukan menjadi satu dalam penyajiannya. Dalam pertunjukan prembon terdapat berbagai jenis tokoh, di antaranya pelawak dari topeng, tokoh perdana menteri dari drama tari gambuh, prajurit dari tari Baris, putri raja dan da- yangnya dari Arja. Bahasa yang digunakan ada dua macam, yaitu bahasa Kawi yang diperuntukkan tokoh utama dan bahasa Bali yang diperuntukkan tokoh pelawak. Musik yang mengiringinya adalah game- lan gong kebyar.
c. Gambuh
Gambuh adalah salah satu drama tari klasik di Bali. Gambuh menjadi sumber segala jenis tari klasik Bali. Para ahli kesenian dan budayawan Bali percaya bahwa dramatari gambuh muncul abad ke-15. Diduga kesenian ini lahir dari perpaduan ekspresi seni keraton Jawa dan Bali. Gambuh menyajikan lakon yang bersumber dari cerita Panji yang dalam masyarakat Bali dikenal sebagai cerita Malat. Kelompok gambuh yang masih aktif hingga kini terdapat di beberapa desa di Gianyar,Karangasem, Badung, dan Buleleng.