Skip to content

Perkembangan Teater Tradisional Daerah Jawa Tengah

Teater tradisional dari daerah Jawa Tengah, antara lain ketoprak, wayang orang, dan langendriyan.

a. Ketoprak

Pada masa lalu, cerita ketoprak bersumber dari cerita-cerita sejarah, kerajaan, legenda, dan cerita rakyat. Akan tetapi, pada saat ini, cerita ketoprak dapat bersumber dari kehidupan masyarakat, cerita rakyat dari luar daerah Jawa Tengah ataupun cerita dari mancanegara. Penyajiannya pun sudah banyak yang menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu memudahkan para penonton dari luar daerah Jawa Tengah untuk mengetahui isinya.

Pada awalnya, ketoprak dipentaskan dengan cara berkeliling sehingga disebut ketoprak pikulan atau ketoprak kelilingan. Pementasannya diiringi dengan musik kentongan dan lesung. Pertunjukan- nya diadakan di tempat terbuka dan ramai, misalnya di lapangan atau di pinggiran pasar. Sekarang, keto- prak dipentaskan di suatu gedung pertunjukan dan diiringi oleh musik gamelan. Ceritanya diambil dari kerajaan-kerajaan, sejarah, legenda, dan cerita-cerita yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

b. Wayang Wong/Orang

Wayang merupakan suatu bentuk teater tradisional yang sangat tua dan dapat ditelusuri asalnya. Wayang adalah boneka atau pertunjukan dramatik dengan boneka atau orang sebagai pemerannya. Dari pendapat beberapa ahli, bahwa wayang wong (wayang orang) telah ada sejak abad ke-XII di Jawa Timur. Akan tetapi, menurut tradisi, wayang wong merupakan ciptaan Hamengkubuwana I dari Yogyakarta atau Mangkunegara I dari Surakarta. Meskipun wayang merupakan teater daerah, tetapi dalam perkembangannya hampir semua daerah di Nusantara telah mengenal wayang. Bahkan, di Ka- limantan Selatan pengaruh wayang dari Jawa ini menjadi adat kebudayaan yang melahirkan wayang

Sebenarnya wayang orang sama seperti wayang kulit, hanya pemainnya adalah orang dengan menggunakan dialog-dialog dalam bahasa Jawa, tarian dan menyanyi serta diiringi oleh musik gamelan. Setiap pemain memainkan tokoh dengan busana, nada suara dan gerakan-gerakan yang khas. Ceritanya diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata. Langendriyan

Langendriyan mengambil lakon Damarwulan. La- ngendriyan di dalam pementasannya diiringi oleh gamelan dan dialog-dialognya menggunakan tem- bang Jawa. Pada tahun 1970-an dan tahun 1980- an penata tari (koreografer) Sardono W. Kusumo, Retno Maruti, dan Sal Murgiyanto memadukan antara Bedaya, Langendriyan, dan wayang wong untuk menciptakan bentuk yang disebut Langen Beksa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

https://borrowmarmotforester.com/ikk6dgxp6?key=2f06e78c20e057d49e30985f343b0f39 https://borrowmarmotforester.com/vku0xehca5?key=60798e1926f76e1ac3b0e649820b6850 https://pjjpp.com/fullpage.php?section=General&pub=758948&ga=g